jagung kuning |
jagung putih |
Di beberapa Kabupatn di Jawa, dan Lampung, tanaman jagung tampak makin dominan, dan menggeser komoditas lain. Menanam jagung memang semakin menguntungkan, sebab selain hasil jagung pipil, limbah berupa hijauan, tebon (batang), klobot (kulit jagung), dan janggel (tongkol), juga masih bernilai ekonomis.
Jagung yang dibudidayakan petani kita itu, hampir seluruhnya berupa jagung kuning pakan ternak. Hanya sedikit petani yang membudidayakan jagung manis (sweet corn), terlebih jagung putih (jagung tepung), yang sekarang makin tergeser hanya dibudidayakan petani di kawasan pegunungan di Jawa. Para petani umumnya lebih suka benih hibrida, dan hanya sedikit yang menggunakan benih open polyneted. Kelemahan benih hibrida adalah, setiap tanam, petani harus membeli benih baru. Dengan benih open polyneted, petani bisa menggunakan benih produksi sendiri, paling sedikit lima generasi, tanpa penurunan hasil panen.
Jagung kuning hibrida, merupakan hasil pemuliaan dari flint corn (Zea mays var. indurata). Jagung putih keturunan flour corn (Zea mays var. amylacea), dan jagung manis berasal dari induk sweet corn (Zea mays var. saccharata and Zea mays var. rugosa). Selain itu, masih ada pula jagung berondong popcorn (Zea mays var. everta), dan jagung ketan waxy corn (Zea mays var. ceratina). Semua varietas jagung budi daya itu asli dari Amerika Tropis, dan merupakan hasil domestifikasi Zea mays ssp. mays. Induk Zea mays ssp. mays adalah Zea mays ssp. parviglumis dan Zea mays ssp. mexicana. Proses domestikasi ini berlangsung paling sedikit selama 7000 tahun.
* * *
Jagung kuning pakan ternak, merupakan komoditas jagung yang paling banyak dibudidayakan di dunia saat ini. Selain paling cepat pertumbuhannya, produktivitas jagung kuning juga paling tinggi. Rata-rata tiap hektar lahan, akan mampu menghasilkan sekitar delapan ton jagung pipilan kering. Cara panennya, dengan terlebih dahulu mengurangi daun bagian bawah, terus ke tengah, dan kemudian batang di atas tongkol juga dipangkas. Hingga yang tersisa di lahan tinggal batang jagung, dengan tongkolnya yang mulai menguning. Tongkol ini tetap dibiarkan di lahan sampai kering. Terakhir, kulit jagung dibuka, hingga biji jagung yang masih melekat pada tongkolnya bisa benar-benar kering karena terkena panas matahari langsung.
Setelah benar-benar kering, barulah tongkol dipanen, dan dipilil. Setelah berupa pipilan pun, biji jagung masih harus dikurangi lagi kadar airnya hingga tinggal 14%. Pengurangan kadar air jagung pipilan, bisa dengan penjemuran ulang, bisa pula dengan bantuan alat pengering (dryer). Panen jagung lahan kering (ladang), biasanya terjadi pada puncak musim penghujan, yakni bulan Januari dan Februari. Ketika itu intensitas panas matahari tidak sebaik pada musim kemarau, hingga pengeringan dengan dryer lebih diperlukan. Bahan bakar dryer paling murah adalah tebon, kelobot, dan janggel. Hingga hampir tidak ada bagian dari tanaman jagung yang terbuang sia-sia.
Belakangan, janggel jagung juga laku sebagai pakan ternak, setelah terlebih dahulu dihancurkan. Selulosa dari janggel ternyata masih cukup mengandung gizi sebagai pakan ternak ruminansia. Di sentra pertanian jagung sendiri, baru daun jagung yang biasa digunakan sebagai pakan ternak. Terlebih daun jagung manis, yang sangat cocok sebagai pakan ternak sapi perah. Beda dengan jagung pakan ternak yang dipanen pada umur 100 hari, jagung manis sudah bisa dipanen pada umur 60 hari (dataran rendah), 65 hari (dataran menengah), dan 70 hari (dataran tinggi). Semakin tinggi lokasi penanaman, umur jagung akan semakin tinggi pula.
Budi daya jagung kuning, dianggap paling menguntungkan bagi petani, karena adanya sistem mata rantai, mulai dari agroindustri pembenihan, pupuk, pestisida, sampai ke agroindustri pakan ternak. Semua itu bisa tumbuh karena keberadaan agroindustri peternakan unggas (ayam, itik, puyuh), ruminansia (terutama sapi perah), dan perikanan air tawar, maupun payau (terutama udang). Agroindustri peternakan pernah terguncang sebentar, ketika marak wabah flu burung H5N1. Tetapi dalam waktu sekitar dua tahun, agroindustri perunggasan telah kembali sehat, meskipun sebagian dari pangsa pasarnya diambil alih oleh perikanan, terutama lele.
Harga jagung pipilan di pasar dunia memang cenderung naik, terutama semenjak menggilanya harga minyak mentah pada pertengahan tahun 2008. Ketika krisis finansial melanda AS dan kemudian menyebar ke seluruh dunia pada akhir 2008 dan awal 2009, harga jagung relatih masih cukup stabil, terlebih ketika harga minyak mentah dunia kembali merayap naik pada pertengahan 2009, maka harga jagung pipilan juga ikut membaik. Itulah sebabnya gairah petani untuk menanam jagung tumbuh di kawasan yang selama ini dikenal sebagai sentra tembakau. Harga tembakau memang cenderung terus menurun, sebab kampanye anti rokok yang dicanangkan oleh WHO memang berjalan efektif.
Sampai saat ini AS masih menduduki ranking pertama sebagai produsen jagung utama di dunia, dengan hasil sekitar 280 (juta ton). Menyusul RRC 131, Brasil 35, Meksiko 21, Argentina 20, dan Indonesia sekitar 15. Di Brasil, Meksiko, dan Argentina, yang dibudidayakan bukan hanya jagung pakan ternak, melainkan juga jagung tepung. Sebab di negeri tempat asal-usul jagung itu, roti dan bubur jagung tetap masih menjadi menu andalah penduduknya. Di Indonesia, terutama di Jawa, menu nasi jagung yang menggunakan jagung putih, makin terdesak ke kawasan pegunungan. Di kawasan ini pun, masyarakatnya makin sering mengonsumsi mi dan roti, berbahan gandum, yang impornya sekitar lima juta ton per tahun.
Oleh F. Rahardi http://foragri.wordpress.com